Selasa, 01 Desember 2009 | 16:48 WIB
TEMPO Interaktif, Batam - Sebanyak tujuh puluh persen perusahaan daerah air minum (PDAM) di Indoesia dari jumlah 351 anggota masih dinyatakan tidak sehat. Kesulitan PDAM sehingga disebut tidak sehat ini berkaitan dengan keuangan, sehingga belum mampu memenuhi permintaan masyarakat untuk memperoleh air bersih. Hal ini terungkap di acara pembukaan Musyawarah Antar Perusahaan Air Minum se-Indonesia di Batam, Selasa (1/12). Acara ini dihadiri yang menghadirkan 1.500 insan PDAM seluruh Indonesia dari 351 anggota Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (PERPAMSI). Akibat kurang sehat itu maka cakupan pelayanan belum maksimal dari target 7,1 juta sambungan. Capaian ini belum memenuhi syarat seperti yang diamantkan MDGs yang dideklarasikan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2002 yakni 60 persen perkotaan dan 60 persen di pedesaan. Saya percaya bahwa apa yang telah Anda baca sejauh ini informatif. Bagian berikut ini harus pergi jauh ke arah membereskan segala ketidakpastian yang mungkin tetap.Humas MAPAM XI, Maslin Sitompul menjelaskan, kesulitan pihak PDAM adalah soal utang. Kebanyakan PDAM di Indonesia dililit utang. Utang tersebut mencapai nilai Rp.6 triliun. Utang ini melebihi utang pokok. Tapi uutang tersebut sesuai dengan Peraturan Keuangan No.120 tahun 2008 dihapuskan khususnya utang non-pokok yang lebih besar dari utang pokok bagi 175 PDAM. Diharapkan, dengan adanya bantuan dari Dinas Pekerjaan Umum senilai Rp. 7,4 triliun untuk pengadaan air baku dan menggagas program penambahan 10 juta sambungan. Namun ada 82 PDAM yang belum mengajukan rencana bisnis hingga kini. PERPAMSI ini berdiri sejak tahun 1975, tapi belum bisa memenuhi kebutuhan air bersih di Indonesia. "Jadi bukan hanya soal dana, tapi juga soal sumber daya manusia, agar bisa lebih cepat memenuhi target 10 juta SR itu," kata Maslin. RUMBADI DALLE
No comments:
Post a Comment